Kisah Nyata! Bersedeqah Untuk Orang Tua

Assalamualaikum sahabat positif, kali ini kami akan membagikan kisah motivasi yang sangat menggugah hati kita, bahkan dapat membuat diri kita menjadi malu ketika setelah membaca kisah nyata yang akan kami sajikan ke anda semua.

Kisah ini adalah tentang seorang anak berusia 13 tahun yang bernama Fandi, Fandi adalah anak ketiga dari 3 bersaudara, atau anak paling bontot di keluarganya. Saat ini Fandi duduk di kelas XI Madrasah Tsanawiyah. Saya sendiri mengenal Fandi sudah lama yang memang kami bertetangga yang jarak rumah saya dan rumah Fandi tidak terlalu jauh. Fandi adalah seorang anak yatim piatu, orang tua laki-laki Fandi meninggal dunia ketika Fandi berusia 5 tahun, dan orang tua perempuannya meninggal dunia saat Fandi berusia 6 tahun. Semenjak Orang tua Fandi meninggal Fandi di asuh oleh kakaknya yang paling besar, sedangkan kakak Fandi yang satunya ikut bersama suaminya tinggal di luar kota.

Walaupun saya tidak tahu pasti, secara materi atau kemampuan ekonomi keluarga Fandi, dari dahulu yang saya perhatikan sebelum orang tua Fandi meninggal, mereka bukanlah keluarga yang berkecukupan, ayah Fandi bekerja sebagai tukang becak mesin, dan ibu Fandy berjualan di depan rumah mereka. Sahabat mungkin bisa membayangkan pendapatan orang tua Fandi dari pekerjaan mereka. Sebelumnya mohon maav, bukan bermaksud untuk membatasi kemampuan ekonomi seseorang. Saya jelaskan seperti ini adalah agar sahabat semua tahu bagaimana latar belakang keluarga Fandi, sehingga dapat memaknai kisah nyata ini dengan terang.

Semenjak orang tua Fandi meninggal, fandi diasuh kakaknya yang paling Bungsu yang bernama Rahmi, perbedaan usia mereka sebenarnya sangat jauh, kalau saya tidak salah orang saat orang tua Fandi meninggal, kakak Fandi duduk di bangku perkuliahan. Sedangkan kakak Fandi yang satunya lagi telah berkeluarga, yang memang menikah di usia belia. 

Untuk membiayai kehidupan mereka sehari-hari semenjak orang tua Fandi meninggal, setau saya mereka hanya melanjutkan kedai jualan ibu mereka dan setoran becak mesin warisan ayahnya Fandi yang dibawakan oleh orang lain. Diluar itu mungkin bantuan dari kerabat atau orang lain saya memang tidak tahu.

Baca Juga : Cari Tahu, Inilah Ciri-Ciri Orang Yang Memiliki Penyakit Hati

Melanjutkan Kisah Fandi, kekaguman, sekaligus membuat saya malu terhadap diri saya sendiri terjadi sekitar satu bulan ini. Saat ini Fandi sudah berusai 13 Tahun. Kegaguman saya ini dimulai ketika saya mendapat jadwal kuliah pada pagi hari pada semester ini, sehingga saya sering berjumpa dengan Fandi yang akan berangkat ke sekolah. Kegaguman saya ini terjadi ketika saya selalu melihat Fandi memasukkan uang ke dalam kotak infak masjid, yang memang mesjid ini akan dilewati apabila ingin menuju jalan besar karena rumah kami memang masuk ke dalam gang. 

Hal ini tidak hanya sekali atau dua kali saya dapati, apa yang dilakukan Fandi ini selalu saya dapati walaupun tidak setiap hari karena tidak selalu kami berpapasan di jalan. Jujur saya memang penasaran dengan apa yang dilakukan Fandi dengan berinfak ke masjid setiap pagi ketika ia akan berangkat ke sekolah. Untuk memenuhi rasa penasaran saya ini, saya pun memutuskan untuk memantau selama satu bulan penuh dengan aktifitas Fandi setiap pagi, ketika ia akan berangkat ke sekolah.

Fandi memang selalu melewati depan rumah saya jika ia akan berangkat ke sekolah, dan  saya mulai menunggu Fandi di halaman rumah saya, ketika Fandi lewat saya pun mulai mengikuti nya dari belakang, dengan cara ini lah saya berusaha mengetahui apakah Fandi memang berinfaq setiap pagi ketika akan berangkat ke sekolah. Selama satu bulan saya melakukan hal ini, dan hasil yang saya peroleh sesuai dengan prediksi saya, bahwa Fandi memang berinfaq setiap pagi sebelum berangkat ke sekolah.

Tentu saja mengetahui hal ini rasa penasaran saya semakin bertambah mengapa ia melakukan hal demikian, suatu saat saya menunggu Fandi di depan rumah saya ketika ia lewat saya pun memanggilnya untuk berjalan bersama ke simpang gang untuk menunggu angkot. Selama berjalan menuju simpang saya banyak bertanya mengenai sekolahnya, tiba di depan masjid Fandi berhenti sejenak untuk memasukkan uang ke kotak infaq. Dan saya pun langsung bertanya ke Fandi.

Fan, kakak perhatikan setiap pagi fandi berinfaq, dengan lembut Fandi menjawab ia kak. Kok bisa Fandi rutin gitu infak yah, sedangkan kakak aja masih belum mampu gitu tiap hari Fan. Dengan wajah yang agak sendu, dan dari mata Fandi ku lihat berkaca-kaca seperti menahan tangis, ia menjawab " Fandi niatkan infaq fandi itu Fandi hadiahkan untuk orang tua Fandi kak, karena Fandi sayang sama ayah dan ibu Fandi, untuk berbakti secara langsung Fandi ga bisa kak, jadi Fandi berusaha melalui doa-doa Fandi agar orang tua Fandi lapang kubur kak dan bahagia disana", mendengar jawaban Fandi pun saya merasa sedih sekaligus malu, seorang anak yatim piatu begitu tegar dan berusaha membahagiakan orang tuanya walaupun sudah meninggal, sedangkan saya yang masih hidup orang tuanya masih jauh dari kata berbakti kepada orang tua.

Saya pun kembali menanyakan ke Fandi, udah berama lama ia melakukan hal itu dan darimana ia mendapatkan ide untuk berinfaq setiap hari? Fandi mengatakan ia sudah melakukan itu semenjak kelas 3 Sekolah Dasar, Fandi sisihkan uang jajan yang di kasih kakak ke Fandi untuk infaq kak, hal itu timbul ketika mendengarkan ceramah saat peringatan Maulid Nabi di sekolahnya, saat itu Ustad yang memberikan ceramah bilang, kalau orang yang sudah meninggal terputus semua amalanya kak, kecuali tiga hal, salah satunya doa dari anak yang sholeh,, saat ustad bilang begitu Fandi teringat ke orang tua Fandi, sekaligus nasehat kakak Fandi yang bilang setiap sholat jangan lupa doain ayah ibu, jadi Fandi Infaq sekaligus doa ke Allah kak biar infaq Fandi menjadi hadiah untuk mereka. Biar orang tua Fandi Bahagia, lapang kuburnya dan terampuni semua dosanya kak.

Mendengar jawaban Fandi saya pun semakin kagum ke Fandi, tapi masih ada yg mengganjal di hati saya, dan sayapun menanyakan ke Fandi. Kalau Fandi infaq gitu apa fandi gak kekurangan uang jajanya, dengan perlahan ia menjawab, enggak kak, seperti sekarang kakak Fandi kasih jajan ke Fandi 5 ribu kak, 2 ribu Fandi sisihkan untuk sedeqah ke masjid kak, sisanya itu jajan Fandi kak, malah masih sisa lagi kak. Fandi di sekolah juga jarang jajan, karena udah dibawakan kakak Fandi bontot kak.

Mendengar jawaban-jawaban Fandi tersebut saya merasa malu, seorang anak yang begitu sayang kepada orang tuanya melakukan apa saja agar orang tuanya bahagia. Di dalam hati saya pun merasa sedih, ya Allah saya masih diberi kesempatan memiliki orang tua yang masih hidup sampai sekarang ini, tetapi masih suka melawan, suka mengeluh kepada orang tua saya. Sungguh saya begitu tidak sangat bersyukur ya Tuhan.

Sahabat positif mudah-mudahan kisah Fandi ini memberikan kesadaran untuk kita sekaligus semangat baru bahwa begitu banyak hal yang tidak kita syukuri di dalam kehidupan ini. Salah satunya mungkin orang tua kita yang masih bisa bersama dengan kita sampai saat ini. Bahagiakanlah mereka ketika masih hidup seperti sekarang ini, jangan sampai ketika wafat baru timbul penyesalan di dalam diri kita. Semoga kisah ini bermanfaat untuk kita semua. Wassalam

Comments

Popular posts from this blog

Jalan Malam: Pasar Sukaramai "Malam"!! Surga Wisata Belanja Murah Yang Berkualitas

4 Profesi Wanita Yang Paling Banyak Di Idamkan Para Pria Untuk Dinikahi

Jangan Tunggu Kaya Baru Menikah, Tapi Menikahlah Biar Kaya